Kamis, 22 April 2010

TEORI TEKTONIK LEMPENG
Untuk mengetahui proses terjadinya tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi, maka kita harus tinjau dengan Teori Tektonik Lempeng. Teori ini merupakan teori yang sampai saat ini masih banyak dianut untuk menjelaskan segala aktivitas dinamika yang terjadi pada kerak bumi dan mantel. Teori ini berkembang sejak akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.
Teori Tektonik Lempeng berawal dari pengamatan Alfred Wegner pada tahun 1915 yang menjelaskan bahwa adanya kesimetrisan bentuk antara pantai timur Amerika Selatan dengan pantai barat Afrika yang kalau didekatkan melekat menjadi satu kesatuan benua besar. Dari pengamatan tersebut lahirlah Continental Drift Theory yang menyatakan bahwa sekitar 250 juta tahun yang lalu benua-benua ini pernah menjadi dua benua besar yang disebut Pangea dan Gondwana. Kemudian kedua benua tersebut seiring dengan waktu pecah menjadi benua-benua kecil dan bergerak ke posisi seperti yang ada sekarang dan akan terus bergerak secara dinamis. Teori tektonik mengasumsikan bahwa interior bumi kita tersusun dari media yang berlapis-lapis. Teori ini juga mengasumsikan bahwa kerak bumi yang bersifat padat dan rigid seolah-olah mengapung diatas lapisan mantel bumi yang terdiri dari fluida kental. Dengan demikian kerak bumi akan berada pada keadaan tidak stabil.
Menurut teori tektonik lempeng, kerak bumi terpecah-pecah menjadi beberapa bagian yang kemudian disebut Lempeng. Terdapat tujuh lempeng besar, yaitu : Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Afrika, dan Lempeng Antartika. Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda antara lempeng satu dengan lempeng yang lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut disebabkan oleh adanya arus konveksi di dalam mantel bumi.


BATAS LEMPENG
Akibat pergerakan dinamis antar lempeng tektonik menyebabkan munculnya batas-batas antar lempeng. Batas-batas antar lempeng tektonik tersebut didefinisikan dalam tiga macam, yaitu :
1. Gerak Divergen, yaitu pergerakan dua buah lempeng tektonik atau lebih yang bergerak saling menjauh satu sama lainnya yang mengakibatkan material mantel naik ke atas atau terjadi pergerakan mantel membentuk lantai samudra. Pergerakan mantel ini terjadi karena adanya pendinginan dari atas dan pemanasan dari bawah sehingga mantel akan bergerak ke atas.
2. Gerak Konvergen, yaitu pergerakan lempeng tektonik yang bergerak saling mendekat. Pergerakan ini dapat menyebabkan salah satu lempeng menyusup di bawah lempeng yang lainnya, membentuk zona subduksi, atau menyebabkan lempeng-lempeng saling bertumbukan ke atas, membentuk zona tumbukan. Pada zona subduksi, pada kedalaman sekitar 150 – 200 kilometer, karena gesekan dan tekanan yang tinggi akan terjadi diferensiasi magma yang dapat naik ke permukaan bumi menjadi gunung api.

Zona konvergen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Zona Tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng bergerak saling mendekati sehingga pada batas-batas kedua lempeng cenderung melipat ke atas dan membentuk pegunungan lipatan.
b. Zona Subduksi
Pada zona ini subduksi ke dua lempeng yang bertumbukan (lempeng benua dan lempeng samudera). Lempeng yang lebih berat (lempeng samudera) akan menunjam di bawah lempeng yang lebih ringan (lempeng benua). Hasil aktifitas tektonik semacam ini berupa rangkaian gunung api.
3. Gerak Transform, yaitu pergerakan lempeng yang bergerak lateral satu sama lainnya atau bergerak saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak lithosfer.


Dalam teorinya, Alfred Wegner tidak menjelaskan sebab pergerakan lempeng tersebut. Teori yang menerangkan sebab lempeng tektonik bergerak adalah teori yang diungkapkan oleh A.Holmes. Menurutnya, pergerakan tersebut disebabkan karena adanya arus konveksi di dalam bumi.
2.3 SESAR
Sesar adalah suatu rekahan pada batuan dimana bagian yang dipisahkan oleh rekahan itu bergerak satu terhadap lainnya. Jika kita melihat suatu sesar maka dua bagian yang harus dipahami yaitu Footwall serta Hangingwall. Adapun yang dimaksud dengan Footwall adalah bagian yang terletak di bawah bidang sesar, sedangkan bagian yang di atas sesar disebut Hangingwall.
Mekanisme gempa bumi umumnya diakibatkan oleh deformasi batuan yang terjadi di sepanjang sesar.

1. Perubahan (deformasi) blok sebelum terjadi gempa.
2. Deformasi blok setelah gempabumi terjadi. Akibat gempabumi bidang sesar yang berhadapan relatif bergeser sepanjang garis XY.
3. Mempunyai tingkat stress-strain (tekanan-regangan) yang sama dengan keadaan (1) dan merupakan keadaan yang sangat kritis untuk terjadi gempa.Sedangkan keadaan stress-strain setelah gempa terjadi sama dengan keadaan (2), selanjutnya blok atas akan terus menerus terpisah dari blok bawah sepanjang batas sesar yang melalui pengulangan gempa.

Berdasarkan gaya penyebabnya, sesar dapat dibagi menjadi :
1. Thrust fault yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar bergerak relatif naik terhadap footwall.
2. Normal fault yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar relative turun terhadap foot wall.
3. Stike slip fault yaitu sesar dengan arah gerakan relatif mendatar satu sama lainya. Sesar ini terbagi menjadi 2, yaitu:
• Right lateral yaitu gerak sesar mendatar yang searah dengan jarum jam.
• Left lateral yaitu gerak sesar mendatar yang berlawanan dengan arah jarum jam.
4. Oblique fault yaitu gerakan kombinasi antara sesar mendatar dengan sesar naik atau turun.


Gerakan bidang sesar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Dip Slip, yaitu pergerakan sesar terjadi dalam arah sejajar dengan sudut kemiringan sesar.
2. Strike Slip, yaitu pergerakan sesar terjadi dalam arah sejajar dengan sudut strike.
3. Kombinasi dip slip dan stike slip (diagonal), yaitu merupakan sesar bergerak secara diagonal.

2.4 MEKANISME TERJADINYA GEMPA
Menurut teori tektonik lempeng, bagian luar bumi merupakan kulit yang tersusun oleh lempeng-lempeng tektonik yang saling bergerak. Di bagian atas disebut lapisan litosfir merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari material yang kaku. Lapisan ini mempunyai ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar 15 km di bawah samudra. Lapisan di bawahnya disebut astenosfir yang berbentuk padat dan materinya dapat bergerak karena perbedaan tekanan.
Litosfir adalah suatu lapisan kulit bumi yang kaku, lapisan ini mengapung di atas astenosfir. Litosfir bukan merupakan satu kesatuan tetapi terpisah-pisah dalam beberapa lempeng yang masing-masing bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda-beda. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya arus konveksi yang terjadi di dalam bumi.
Bila dua buah lempeng bertumbukan maka pada daerah batas antara dua lempeng akan terjadi tegangan. Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah lempeng yang lain, masuk ke bawah lapisan astenosfir. Pada umumnya lempeng samudra akan menyusup ke bawah lempeng benua, hal ini disebabkan lempeng samudra mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan dengan lempeng benua.
Apabila tegangan tersebut telah sedemikian besar sehingga melampaui kekuatan kulit bumi, maka akan terjadi patahan pada kulit bumi tersebut di daerah terlemah. Kulit bumi yang patah tersebut akan melepaskan energi atau tegangan sebagian atau seluruhnya untuk kembali ke keadaan semula. Peristiwa pelepasan energi ini disebut gempabumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar